Kamis, 16 Desember 2010

"Seblang" kesenian khas Banyuwangi

Seblang merupakan salah satu kesenian sakral yang dimiliki oleh Banyuwangi. Menurut catatan, Seblang sudah diadakan pada awal 1900-an di Desa Olehsari (dulu disebut Desa Ulih-ulihan). Cerita dari masyarakat Desa Olehsari, konon Kesenian Seblang awalnya dimiliki oleh Desa Kemiren (desa tetangga Desa Olehsari) kemudian menyerahkannya kepada Desa Olehsari sedangkan Desa Olehsari yang memiliki Barong menyerahkannya kepada Desa Kemiren. Hingga saat ini Desa Olehsari tetap eksis dengan Seblang-nya sedangkan Desa Kemiren tetap eksis dengan Barong-nya. Oleh karena itu, kesenian Seblang dengan kesenian Barong mempunyai hubungan yang erat.



Kesenian sakral ini dilaksanakan dengan tujuan bersih desa dan juga sebagai tolak bala sehingga tidak terjadi pagebluk atau bencana lainnya. Menurut catatan, pada tahun 1943-1956 secara berturut-turut tidak diadakan ritual ini karena zaman penjajahan Jepang, dan kemudian yang terjadi yaitu gagal panen, pegebluk, dan serangan penyakit melanda Desa Olehsari dan sekitarnya.

Penari pertama Seblang yaitu Milah yang kemudian secara turun-temurun anak cucunya menjadi penari Seblang. Siapa yang ditunjuk menjadi penari merupakan kehendak dari Roh Halus yang sebelumnya masuk dalam raga seseorang yang biasa disebut Kejiman (in-trance), bukan penari saja yang dipilih, melainkan pembuat Omprog (penutup kepala), Dukun (pemanggil roh halus), Penekep (orang yang menutup mata penari sebelum in-trance), Pesinden (penembang lagu-lagu Seblang), Pemukul gamelan dan Pengudang (penari laki-laki) semua itu dipilih oleh Roh Halus.

Tarian dari Seblang sangat sederhana namun dibalik itu nuansa mistis dan sakral tetap ada karena sepanjang pertunjukkan si Penari dalam keadaan tidak sadar karena in-trance (kemasukan roh halus). Walaupun tidak sadarkan diri, disalah satu segmen si Penari melemparkan selendang yang dikenakannya kepada penonton untuk diajak menari, jika si penerima selendang itu tidak mau menari bersama maka si Penari yang kerasukan itu akan marah sekali.

Pada tengah-tengah pementasan biasanya, si Penari akan menjual bunga yang biasa disebut “Kembang Dirmo” yang bentuknya berupa susunan bunga-bunga yang ditusuk oleh lidi, lebih mirip sate namun yang ditusuk adalah bunga. Keyakinan masyarakat sekitar bahwa dengan membeli bunga itu maka akan mendapat barokah berupa gampang rizki, gampang jodoh, gampang usaha dan lain-lainnya.

“Sampun Mbah Ketut sare sampun osang yo kundangan yo mulo mulih”, yang artinya kira-kira “Sudah Mbah Ketut tidur, acara sudah berakhir, para penonton sudah pulang” merupakan tembang pamungkas dari 28 tembang yang sudah dinyanyikan. Dengan berakhirnya tembang tersebut maka berakhir pulalah pementasan Kesenian Sakral Seblang yang dilaksanakan 7 hari berturut-turut ini.
Datang dan saksikanlah salah satu kesenian sakral Banyuwangi ini, maka anda akan disuguhkan suasana mistik dan sakral yang tentunya memberikan pengalaman lain tentang Banyuwangi.

Tarian Seblang

0 komentar:

Posting Komentar